Tuberkulosis
(Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007)
Tuberkulosis adalah suatu infeksi menular dan menahun dan bisa berakibat fatal, yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis atau Mycobacterium africanum. Tuberkulosis paru kini bukan penyakit yang menakutkan sampai penerita harus dikucilkan, tetapi penyakit kronik ini dapat menyebabkan cacat fisik atau kematian. Penularan TB paru hanya terjadi dari penderita tuberkulosis terbuka.
Penyebab Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis.
Gambaran Klinis Tuberkulosis
− Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
− Jumlah dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.
− Masa inkubasi berkisar antara 4 – 12 minggu.
− Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari tanpa aktivitas.
− Keluhan dapat berupa demam, malaise, penurunan berat badan, nyeri dada, batuk darah, sesak nafas.
− Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks) atau cairan (efusi pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
− Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman.
− Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
Diagnosis Tuberkulosis
Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA) melalui pemeriksaan dahak mikroskopis.
− Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).
− Minimal 2 kali sputum BTA (+) : didiagnosis sebagai TB paru BTA (+)
− Bila BTA (+) 1 kali, maka perlu dilakukan pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang.
− Upaya pertama dalam Diagnosis TB paru pada anak adalah melakukan uji Tuberkulin. Hasil positif yaitu > 10 mm atau > 15 mm pada anak yang telah mendapatkan BCG, ditambah dengan gambaran radiologi dada yang menunjukkan infeksi spesifik, LED yang tinggi, limfadenitis leher dan limfositisis relatif sudah dapat digunakan untuk membuat diagnosis kerja TB paru.
Penatalaksanaan Tuberkulosis dan Pencegahan Tuberkulosis:
Terdapat beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis:
− Sinar ultraviolet pembasmi bakteri, sinar ini bisa membunuh bakteri yang terdapat di dalam udara.
− Isoniazid sangat efektif jika diberikan kepada orang-orang dengan resiko tinggi tuberkulosis, misalnya petugas kesehatan dengan hasil tes tuberkulin positif, tetapi hasil rontgen tidak menunjukkan adanya penyakit. Isoniazid diminum setiap hari selama 6 – 9 bulan.
− Di negara-negara berkembang, vaksin BCG digunakan untuk mencegah infeksi oleh M. tuberculosis.
Pengobatan : “DOTS”
Pengobatan TB paru memerlukan panduan antituberkulosis untuk memperoleh hasil terapi yang baik dan mencegah/memperkecil kemungkinan timbulnya resistensi.
− Antibiotik yang paling sering digunakan adalah : isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin; dan etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamid dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang harus ditelan oleh penderita.
− Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya dikurangi untuk menghindari efek samping yang berbahaya terhadap mata.
− Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis, tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan.
− Panduan obat untuk orang dewasa yang dianjurkan oleh Program P2M adalah sebagai berikut :
a. Panduan obat jangka panjang terdiri dari streptomisin, INH + B6, dan pirazinamida untuk jangka pengobatan 12 bulan.
Cara pemberian :
§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa : streptomisin 0,75 mg, INH 400 mg, Vit. B6 10 mg dan pirazinamida 1 gram selama 8 minggu (48 kali pengobatan).
§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 48 minggu (96 kali pengobatan) dengan streptomisin 0,75 mg, INH 700 mg, ditambah Vit. B6 10 mg.
b. Panduan obat jangka pendek terdiri dari rifampisin, etambutol, INH dan Vit. B6 untuk jangka pengobatan 6 – 9 bulan.
Cara pemberian :
§ tahap intensif : pengobatan setiap hari kerja selama 4 minggu (24 kali pengobatan) berupa: rifampisin 450 mg, etambutol 1 gram, INH 400 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
§ tahap berselang : pengobatan dilanjutkan 2 kali seminggu selama 22 minggu (44 kali pengobatan) berupa: rifampisin 600 mg, INH 700 mg ditambah Vit. B6 10 mg.
§ Wanita yang dalam pengobatan jangka pendek sebaiknya tidak menggunakan pil atau suntikan KB karena keampuhan pil dan suntikan KB dapat berkurang sehingga dapat terjadi kehamilan.
§ Penderita harus diberitahu bahwa rifampisin menyebabkan warna merah pada air liur, air mata, dan air seni.
§ Pengobatan jangka pendek ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui.
− Khusus pengobatan TB pada penderita anak diperlukan kerja sama yang baik dengan orang tua pasien karena angka drop out cukup tinggi.
− Selama terapi, kemajuan pengobatan dipantau dengan pemeriksaan darah dan radiologi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi hati, mengingat efek rifampisin dan INH terhadap hati.
− Buku-buku acuan baku hanya menganjurkan pengobatan intensif selama 6 bulan dengan dosis yang lebih kecil. Pengobatan berselang dengan dosis besar hanya dilakukan dengan pertimbangan bahwa ada ketidakpatuhan penderita, atau kesulitan dalam supervisi terapi. Akan tetapi, dengan cara itu kemungkinan toksisitas lebih besar, terutama terhadap hati masih perlu diteliti lebih lanjut.
− Panduan terapi untuk dewasa:
§ Rifampisin 450 – 600 mg, INH 300 mg, pirazinamid 1,2 – 2 gram dan etambutol 25 mg/kg BB, semua ini diberikan selama 2 bulan
§ 4 bulan berikutnya : rifampisin 450 – 600 mg dan INH 300 mg. Panduan untuk anak:
§ Rifampisin 10 mg/kgBB/hari, INH 10 mg/kgBB/hari, pirazinamid 15 mg/kgBB/ hari selama 2 bulan pertama
§ Dilanjutkan dengan rifampisin dan INH dengan dosis yang sama selama
4 bulan berikutnya.
Advertisement
0 komentar:
Posting Komentar