Flu burung (Avian influenza)
(Sumber: Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007)
Flu burung (Avian influenza) adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus yang pada umumnya menyerang unggas dan dapat juga menular dari unggas ke manusia.
Penyebab Flu burung
Virus influenza tipe A sub-tipe H5N1
Cara Penularan Flu burung
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui:
a. Binatang: kontak langsung dengan unggas yang sakit atau produk unggas yang dakit
b. Lingkungan: udara atau peralatan yang tercemar virus tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang terserang virus flu burung (AI)
c. Manusia: sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya beberapa kasus dalam kelompok / cluster)
d. Konsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna mempunyai potensi penularan virus flu burung.
Gambaran klinis Flu burung
Masa inkubasi rata-rata 3 (1 – 7 hari). Masa penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum dan 3 – 5 hari setelah gejala timbul, sedangkan penularan pada anak dapat mencapai 21 hari. Gejala yang ditimbulkan sama seperti flu biasa, ditandai dengan demam mendadak (suhu • 38C), batuk, pilek, sakit tenggorokan, sesak, sakit kepala, malaise, muntah, diare dan nyeri otot.
Diagnosis Flu burung
1. Tersangka flu burungApabila demam (suhu • 38C) disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
− Batuk
− Sakit tenggorokan
− Pilek
− Sesak nafas,
Disertai satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum timbulnya gejala :
− Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat, berbicara, atau bersentuhan dengan pasien tersangka (suspek), probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
− Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam satu bulan terakhir.
− Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1 dalam satu bulan terakhir.
− Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau unggas lain), misalnya kucing atau babi yang telah dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
− Memegang/menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai me-ngandung virus H5N1 dalam suastu laboratorium atau tempat lainnya
− Ditemukan leukopenia (dibawah nilai normal: 5000 – 10.000).
− Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI meng-gunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa sub-tipe.
− Foto toraks menunjukkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial foto.
2. Penderita (konfirmasi) flu burung
Apabila pada tersangka disertai satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan di laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil pemeriksaan H5N1nya diakui oleh WHO sebagai konfirmasi:
− Isolasi virus influenza A/H5N1 positif
− Hasil PCR influenza A/H5N1 positif
− Peningkatan • 4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil 7 hari setelan onset penyakit), dan titer antibodi netralisasi harus pula • 1/80).
− Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 • 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke • 14 setelah onset penyakit disertai hasil postif hasil uji serologis lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda • 1/160 atau western blot specific H5 positif.
Penatalaksanaan
a. Tersangka flu burung diberikan oseltamivir 75 mg 2 x sehari selama 5 hari. Dosis anak sesuai dengan berat badan (usia > 1 tahun : 2mg/kgBB), lalu dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung
b. Pemberian tersebut harus mengikuti sistem skoring yang telah disepakati (lihat buku Pengendalian Flu Burung dan Penggunaan Oseltamivir di Puskesmas, 2006)
c. Setiap pemberian oseltamivir harus berdasarkan resep dokter dan dicatat dan dilaporkan sesuai dengan format yang tersedia.
d. Oseltamivir tidak direkomendasikan untuk profilaksis dan pemberiannya oleh dokter.
Pencegahan Flu Burung
Upaya pencegahan penularan dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan tindakan sebagai berikut:
− Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)
− Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik (ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya
− Alat-alat yang dipergunakan dalam perternakan harus dicuci dengan desinfektan
− Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
− Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak paling kurang pada suhu 80C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64C selama 5 menit
− Memelihara kebersihan lingkungan
− Menjaga kebersihan diri
− Bagi yang tidak berkepentingan, dilarang memasuki tempat peternakan
− Apabila sedang terkena influenza dilarang memasuki tempat peternakan.
− Jika sedang bercocok tanam dengan menggunakan pupuk kandang diharuskan menggunakan sarung tangan dan masker
− Setiap pekerja peternakan, pemotong unggas dan penjamah unggas yang terkena influenza segera ke puskesmas atau pelayanan kesehatan lainnya
Advertisement
0 komentar:
Posting Komentar